Total Tayangan Halaman

Selasa, 17 Desember 2013

Terima Kunjungan Tuhan Dengan Kepolosan, Keberanian dan Kepasrahan (Nuansa Adven Kristiani 04)


Kata Maria kepada malaikat itu : “bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?”  
(Lukas 1 : 34) 
<< ======================

Dalam Alkitab selain nama Maria tunangan Yusuf, ada          banyak nama Maria yang lain, yakni : Maria Magdalena, yaitu perempuan yang dibebaskan dari tujuh roh jahat yang memasukinya. Ada juga Maria dari Betania, yang telah memilih bagian yang terbaik dibanding Marta, kakaknya. Ada juga Maria ibu Yakobus, dan masih banyak lagi Maria-Maria yang lainnya.
Namun dari semua Maria itu, hanya ada satu perempuan di muka bumi ini yang populer, dan nama Maria tunangan Yusuf-lah yang ditetapkan Allah dalam rencana-Nya untuk mengandung dan melahirkan bayi Yesus. Dia adalah Maria dan yang dilahirkan adalah Anak Allah. Maria menjadi satu-satunya perempuan yang mendapat kehormatan dari Allah. Oleh sebab itu wajar jika Maria disebut sebagai perempuan yang amat berbahagia. Karena itu, ketika berkunjung ke rumah Elisabet, maka Elisabet pun berseru dengan suara nyaring “diberkatilah engkau di antara semua perempuan”. Dan karena itu, bahkan dalam Gereja Katolik, Maria mendapat tempat yang sangat istimewa.
Pilihan kepada Maria memang istimewa namun ia tidak berarti bahwa semua dijalani oleh Maria dengan tenang-tenang saja, seolah tanpa resiko dan tantangan. Berita yang disampaikan oleh malaikat itu belum tentu membahagiakan Yusuf sebagai tunangannya, sebab bagi Yusuf hubungan pertunangannya dengan Maria masih suci dan belum ternodai. Karena itu sangat masuk akal jika ia secara diam-diam hendak meninggalkan Maria (Matius 1 : 19). Ini baru salah satu resiko yang dialami oleh Maria.
Ketika Maria menerima berita dari malaikat bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Yesus, ia menunjukan sikapnya, ia mengajukan pertanyaan berani kepada malaikat : “Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?” (ayat 34). Pertanyaan ini sungguh polos, namun menunjukan sikap keberanian seorang Maria. Demi mempertahankan kehormatannya sebagai seorang perempuan, ia berani bertanya bahkan kepada seorang malaikat Tuhan. Ini merupakan salah satu nilai lebih yang ada dalam diri Maria di tengah kebisuan yang selama itu dirasakan oleh kaum perempuan pada zamannya. Di tengah rendahnya penghargaan terhadap kedudukan dan derajat seorang perempuan, Maria angkat bicara untuk sebuah keadilan bagi kaumnya yang memang menjadi kaum tertindas dan diperlakukan sewenang-wenang. Kita yakin andai saja pembawa berita itu adalah orang-orang di sekitarnya atau manusia biasa, Maria pasti akan menolaknya mentah-mentah atau bahkan mungkin dengan  cara yang kasar. Tetapi pada akhirnya ia pasrah melakukan semua itu sebab bukan kehendak manusia yang ia lakukan, melainkan kehendak Allah. Hal itu diperkuat oleh kata-kata malaikat Gabriel : “Roh Kudus akan turun atasmu dan Kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau, sebab itu anak yang kau lahirkan itu akan disebut Kudus Anak Allah” (ayat 35).
Mendengar ucapan malaikat itu, yang terucap dari mulut Maria adalah : “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah menurut perkataanmu ini”. Ucapan Maria ini memberi gambaran kepada kita tentang sikap Maria sebenarnya. Bahwa sesudah menerima berita itu, Maria tidak menempatkan diri seolah-olah lebih dari perempuan lainnya. Maria tidak menjadi angkuh dan sombong. Justru sebaliknya menempatkan diri sebagai seorang hamba, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan”, itulah ucapan Maria yang penuh kerendahan hati sebagai manusia yang terbatas. Maria menerima perintah panggilan itu dan melaksanakannya dengan kerendahan hati dan penuh ketaatan kepada Allah. Begitulah sikap Maria sebagai seorang perempuan pada waktu itu.
 Dari bacaan ini kita dapat belajar beberapa hal penting dari Maria sendiri yaitu tentang kepolosan, keberanian, kepasrahan dan diberkati. Khusus kata diberkati, sering kita mengerti bahwa diberkati itu artinya mendapatkan suatu keuntungan atau harta benda yang banyak, sementara yang tidak diberkati itu sering diidentikkan dengan mereka yang susah dan menderita. Maria diberkati karena ia menerima suatu tugas panggilan. Keluarga yang diberkati itu artinya keluarga yang diperkenankan melakukan panggilan Tuhan.
Namun ketiga hal mengenai kepolosan, keberanian dan kepasrahan yang kita dapati pada diri Maria ini patut menjadi bahan renungan untuk kita. Ketiga hal tersebut harus menjadi satu kesatuan yang utuh, sehingga dalam pelaksanaannya kita tidak saja polos dan lugu tapi juga berani menghadapi beratnya tantangan kehidupan dan tentu dalam kepasrahan kepada sang pengatur hidup.
Dalam merayakan minggu-minggu adven sambil menantikan hari kelahiran Yesus pada malam Natal mendatang, kepolosan, keberanian dan kepasrahan Maria harus menjadi bagian dalam diri kita dan dapat merubah perilaku kita sebelum kita merayakan hari kelahiran Yesus Kristus. Kepolosan hidup harus mampu menggantikan selimut kemunafikan, dengki, iri hati, egois, kesombongan dan lain sebagainya. Keberanian pada jalan yang benar harus mampu membuat kita berkata jujur dalam menegakan keadilan dan kebenaran. Kepasrahan kepada kehendak Allah bukan jalan untuk lari dari kenyataan hidup dan membuat kita tertidur dan terlena tapi justru harus membangkitkan semangat yang baru bahwa Tuhan akan senantiasa menyertai.
Disamping itu, marilah kita menjadi orang yang diberkati dengan melaksanakan tugas panggilan Tuhan dengan penuh ketaatan sehingga kita bisa membawa berkat bagi orang lain.


Tuhan Yesus Memberkati..!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar