Aku adalah seekor anak burung gagak hitam yang baru belajar terbang,
berkelana dari suatu tempat ke tempat lain,
aku pergi jauh meninggalkan sarangku. Di tengah perjalanan, sayapku
tersangkut ranting pohon apel dan patah.
Aku menangis tersedu-sedu, aku sadar bahwa aku sudah telalu jauh
dari sarangku. Saudara-saudaraku
pastilah tidak bisa menolongku saat aku kesusahan seperti ini. Aku
tak tahu apakah ada gagak atau
burung lainnya yang bersedia membantuku sementara waktu. Aku sendiri
belum tahu persis
jalan pulang menuju sarangku. Apakah aku harus berusaha sendiri
untuk terbang
pulang menuju sarangku, ataukah membiarkan ibu dan saudara-
saudaraku yang mencariku?
By : Agatha D.
Lestari
<================================
Di sebuah hutan yang
permai, tinggallah sekelompok burung gagak yang hidup saling menghormati dan
menyayangi. Mereka sering bernyayi bersama, bermain bersama, dan bersenda
gurau bersama-sama. Salah satu kelompok tersebut adalah Jean bersama induknya
yang sangat baik dan santun terhadap sesama kelompok burung yang lain. Jean adalah
anak dari pasangan induk gagak tersebut yang masih kecil dan masih belajar
untuk terbang. Setiap hari induknya terus melatih Jean untuk bisa terbang.
Hingga suatu hari, sebelum
fajar menyingsing, terdengar suara burung berkicau disertai dengan tiupan lembut
angin pagi. Perlahan Jean membuka matanya lalu kemudian melompat ke sebuah
dahan kayu, kata Jean : “Wah…… Hari ini cerah sekali………
Matahari bersinar terang, bunga – bunga bermekaran. Duh …… senangnya….. pak
– ibu, Jean mau berkeliling sambil belajar terbang ya. Bisa kan, pak-bu?”
tanya Jean sekalian meminta izin pada kedua induknya. “Baiklah,
tapi hati-hati ya, nak. Jangan terbang jauh-jauh.” Jawab mereka memberi
izin. Dengan senang hati, Jean mulai mengepakkan sayapku, lalu terbang.
Setelah hampir sejam
Jean terbang berkeliling, kemudian Jean berhenti pada sebuah dahan pohon sambil
menikmati matahari pagi. Beberapa menit kemudian Jean putuskan untuk kembali ke
sarangnya, namun karena hari masih pagi, Jean berencana untuk mencoba terbang
ke tempat yang lain lagi. “Pasti asyik.”
Pikir Jean.
Perlahan Jean mulai
mengepakan sayapku sendiri dan terbang. Jean terbang dan terbang, berkelana dari
suatu tempat ke tempat yang lain, dan memasuki tempat-tempat yang baru bagi
Jean. Jean bahkan tidak menyadari jika Jean sudah terbang sangat jauh dari
sarangnya. Jean terbang merendah ketika mendekati sebuah perkampungan. Kemudian
Jean berhenti pada sebuah pohon yang tidak begitu tinggi dan memandang ke
bawah. Di bawah sana, Jean melihat sepasang ayam yang sedang berkumpul
membicarakan anak-anaknya yang sedang tumbuh besar. “Bapak..Hari ini saya si ayam betina
berhasil menetaskan telur lagi??” Ayam Jantan menjawab “Apa
bu?? Wah selamat.. anak kita jadi ada 5 ya bu..
Sejenak suara
percakapan sepasang ayam itu tidak terdengar olehnya karena diusik oleh suara
burung Jalak yang datang mendekat. “Wah, pagi-pagi begini enaknya
jalan-jalan, oh iya (sambil mendekati anak ayam) yam
yam… orang tuamu mana? Oh lha itu?" kata si Jalak sambil menunjuk ayam jantan.
Akhirnya ayam jantan dan
jalak pun mengobrol sambil keduanya jalan berkeliling. Ayam betina sendirian sambil
menjaga anak-anaknya bermain. Sementara Jean masih diam di atas dahan pohon
tersebut dan memperhatikan ayam itu, sambil sesekali mengalihkan pandangan
ke arah perkampungan itu. Hingga tanpa Jean sadari, dari arah berlawanan datang
seekor elang dan dengan secepat kilat menangkap anak ayam tadi dan membawanya
pergi. Jean yang kaget tidak menyadari kalau si elang malah terbangnya menuju
ke arah Jean, dan langsung menabraknya dari arah depan.
Sial tidak bisa
dielakan lagi. Jean terjatuh. Dan saat itu juga sayapnya tersangkut pada sebuah
ranting pohon apel hingga patah. Jean menangis tersedu-sedu, Jean sadar bahwa
ia sudah telalu jauh dari sarangnya.
Pikirnya “Saudara-saudaraku
pasti tidak bisa menolongku saat aku kesusahan seperti ini.” Jean tidak tahu apakah ada gagak atau
burung lainnya yang bersedia membantunya sementara waktu. Jean sendiri belum
tahu persis jalan pulang menuju sarangnya. Apakah ia harus berusaha sendiri
untuk terbang pulang menuju sarangnya, ataukah membiarkan ibu dan
saudara-saudaranya yang mencarinya?
Matahari makin
condong ke arah barat. Artinya sebentar lagi hari sudah malam. Jean makin
bingung. Entah apa yang harus diperbuatnya lagi. Sayapnya tidak bisa digerakan,
apalagi untuk terbang. Jean semakin bingung dan takut. Di tengah kebingungan
dan ketakutan itu, Jean menggerak-gerakan sayapnya dengan berharap semoga sayapnya
masih bisa digerakan untuk terbang kembali. Dan tidak disangka, tiba-tiba ada
seorang pemuda desa lewat di dekatnya.
Rupanya pemuda itu mendengar
suara gemerisik daun-daunan kering karena gerakan sayap Jean. Karena penasaran, pemuda itu berjalan mendekati semak itu dengan perlahan-lahan, lalu
disibaklah semak-semak belukar itu. Pada saat itu, di dasar tanah, di
atas tumpukan daun-daunan kering, dia mendapati seekor burung gagak kecil dangan
sayap terluka sedang berusaha terbang. Kemudian pemuda itu mendekat lagi sambil
berkata :
”Apa yang terjadi dengan sayapmu,
siapakah yang telah melukai engkau?” Jean hanya memandang
pemuda dengan mata galak dan penuh ketakutan. ”Jangan takut, aku tidak akan
membunuhmu, coba kulihat lukamu…,” kata pemuda itu sambil mendekati Jean.
Jean berusaha untuk mengepakan sayapnya, tetapi karena sayapnya terluka sangat
parah, Jean hanya bisa pasrah ketika pemuda itu mendekatinya dan berusaha untuk
melihat luka Jean. “Ternyata sayapmu patah..tetapi
jangan kawatir, aku akan menolong dirimu…,” kata pemuda desa itu sambil
membuka bajunya dan membungkus tubuh Jean yang terluka dengan sangat hati-hati
dan membawa Jean pulang.
Sesampainya di rumah
pemuda itu, segera diobatinya luka Jean. Dengan sangat lembut dan penuh
perhatian, dibasuhnya luka-luka itu dan diobati. Demikianlah pemuda itu merawat
Jean si burung gagak yang malang itu. Hari berganti hari, minggu berganti
minggu, pemuda itu dengan penuh perhatian merawat dan memberi burung gagak itu
makan, sehingga akhirnya Jean dan pemuda itu menjadi sahabat karib.
Ketika luka di sayap
gagak itu sembuh, pemuda itu membawa Jean ke tengah hamparan rumput untuk
melatihnya kembali terbang. Awalnya Jean mengalami kesulitan untuk menggepakan sayapnya
yang sudah sembuh, tetapi akhirnya Jean dapat kembali terbang. Melihat hal itu,
pemuda itu menjadi sedih, karena dia merasa sahabatnya akan meninggalkan
dirinya. Jean yang sudah sembuh, terbang dan hinggap di bahu pemuda itu, lalu
menggesek-gesekan kepalanya ke pipi pemuda itu. ”Kamu sudah sembuh sekarang, kamu
dapat terbang kembali… pergilah,” kata pemuda itu sambil memalingkan
wajahnya. Tetapi Jean tetap diam dengan tenang di bahu pemuda itu. “Apa
kamu tidak mau pergi?” tanya pemuda itu.
Jean hanya menatap pemuda desa itu dan tetap diam tenang di bahunya. Akhirnya setelah mencoba beberapa kali
untuk mengusir Jean agar terbang bebas tetapi tetap Jean tidak mau pergi juga,
akhirnya pemuda itu memutuskan untuk membawa Jean pulang ke rumah kembali
dengan penuh sukacita.
Di tengah perjalanan
pulang kembali ke rumah, pemuda itu melihat air terjun yang sangat indah.
Karena merasa tertarik, maka dihampirinyalah air terjun itu. Jean yang
sedang terbang disekitar pemuda itu mengikuti langkah kakinya dari
angkasa.
Sesampainya pemuda
itu di pinggir air terjun itu, dia merasa haus karena melihat air yang sangat
jernih dan sejuk itu. Segera diulurkan tanganya untuk mengambil air itu.
Ketika pemuda itu akan meminum air itu, tiba-tiba Jean mematuk tangan pemuda
itu sehingga airnya tumpah ke tanah. “Apa yang sedang kamu lakukan?, Aku haus!!”
kata pemuda itu sambil berusaha mengambil air itu lagi. Tetapi tangannya
kembali dipatuk oleh Jean si gagak itu sehingga airnya kembai tumpah ke tanah.
Demikian terus berulang kali terjadi setiap kali ia berusaha untuk meminum air
itu, Jean selalu mematuk tangannya hingga air itu jatuh ke tanah.
Akhirnya pemuda itu merasa
gusar dan mencari sebatang kayu untuk mengusir Jean. Tetapi karena Jean selalu
berusaha untuk menjatuhkan air yang akan diminumnya, akhirnya ia memukul Jean hingga
mati.
Ia berpikir…, “Apa
sih sebabnya burung gagak itu selalu berusaha melarangku untuk minum dari air
terjun ini.” katanya dalam hati. Karena penasaran,
pemuda itu memanjat tebing di pinggir air terjun itu hingga ke puncaknya. Dan
disana dia melihat bangkai seekor kalajengking yang sangat besar tergeletak di tengah-tengah
air.
Ketika melihat
bangkai kalajengking itu, mengertilah pemuda desa itu mengapa burung gagak itu
selalu berusaha menjatuhkan air yang akan diminumnya, karena air itu sudah
terkena racun dari bangkai kalajengking ini. Seandainya dia meminum air itu,
pastilah dirinya akan mati. Maka menangislah pemuda itu karena menyesal telah
membunuh burung gagak yang telah menyelamatkan dirinya.
***
Pesan moral : Jangan pernah mengabaikan nasihat
ataupun teguran dari orang lain, karena terkadang nasihat yang diberikan adalah
untuk kebaikan kita. Jangan sampai menyesal di kemudian hari.
=================================
Sumber Data : Dari Berbagai Sumber
Disempurnakan oleh ; Maher
Seno Tafetin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar