
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kebijakan Indonesia
tentang pemenuhan kesehatan ibu dan anak dikelola dalam unit pelayanan dasar
dan secara operasional berada pada lini pelayanan terdepan yaitu puskesmas. Mengingat
keterbatasan sumber daya pembangunan kesehatan, maka kebijakan lebih lanjut
tentang pemenuhan kebutuhan kesehatan ibu dan anak diarahkan untuk
memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan yang
secara operasional dikenal dengan puskesmas. Dimana tujuan akhir dari program
KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak (Depkes RI, 2005).
Keluarga miskin masih
memilih menggunakan jasa dukun untuk membantu proses persalinan. Dibeberapa
daerah termasuk daerah NTT, jaminan pelayanan kesehatan gratis ternyata tidak serta merta mengurangi
pilihan keluarga miskin untuk ke dukun. Semakin jauh dan semakin sulit jarak
yang ditempuh ke fasilitas kesehatan, dukun menjadi alternative utama, selain
itu dukun lebih mudah diakses karena lebih dekat dengan masyarakat dan lebih
dipercaya, dan pembayaran lebih fleksibel karena kadang bisa dibayar dengan
barang (Prabowo, 2006).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih
cukup tinggi, menurut Riset Kesehatan Dasar (Risdakes) diperoleh AKI tahun 2007
adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI
tahun 2010 sebesar 214 per 100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh
menurun. Namun masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) tahun
2015 yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010). Berdasarkan
data nasional jumlah persalinan Indonesia 4.968.000.495. Persalinan oleh Nakes
3.978.880 (80%). Sedangkan data di NTT tahun 2008 jumlah persalinan121.854
persalinan (Primigravida) oleh Nakes 94.596 (77%) data di Propinsi NTT menurut
penolong persalinan oleh Nakes 39 % dan oleh non nakes 61 % cakupan target
persalinan di Puskesmas Lelogama tahun
2012 yaitu 85% harus ditolong oleh nakes tetapi hanya 53% yang ditolong oleh nakes. Menurut data puskesmas Lelogama dari total jumlah ibu melahirkan
di Puskesmas Lelogama yaitu 53% yang ditolong oleh tenaga kesehatan karena
telah dilaksanakannya Revolusi KIA dan sebagian masyarakat telah mengerti pentingnya
ditolong oleh Tenaga Kesehatan dan telah sadar akan Kesehatan Ibu dan Bayi
sedangkan 8% ditolong oleh tenaga non Kesehatan.
Menurut data Pustu Oelbanu, jumlah ibu melahirkan di Pustu Oelbanu tahun 2012 yaitu
sebanyak 39% yang harus
ditolong oleh nakes tetapi hanya 17% yang ditolong oleh nakes, sedangkan 22 % ditolong oleh non nakes atau
dukun bayi karena, masih ada sebagian kelompok masyarakat yang lebih percaya ditolong
oleh dukun dari pada ditolong oleh tenaga kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut di atas mendorong penulis
untuk lebih tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Survey pengetahuan
ibu hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan di Puskesmas
Pembantu Oelbanu Wilayah Kerja Puskesmas Lelogama Tahun 2013”.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atas maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah “Bagaimana Pengetahuan
Ibu Hamil Trimester III tentang Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas
Pembantu Oelbanu Wilayah Kerja Puskesmas Lelogama tahun 2013”.
1. Tujuan
umum
Diketahuinya pengetahuan ibu hamil trimester III tentang
pemilihan tenaga penolong persalinan di
puskesmas pembantu Oelbanu wilayah kerja Puskesmas Lelogama tahun 2013.
2. Tujuan
khusus
a. Diketahuinya
pengetahuan ibu hamil tentang manfaat atau keuntungan memilih tenaga kesehatan
sebagai penolong persalinan
b. Diketahuinya
pengetahuan ibu hamil tentang alasan memilih dukun sebagai penolong persalinan.
D.
Manfaat
Penelitian
Diharapkan dengan
adanya penelitian ini akan memberikan manfaat bagi :
1. Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam melakukan penelitian ilmiah.
2. Responden
Hasil penelitian ini dapat menambah
pengetahuan ibu tentang manfaat ditolong oleh tenaga kesehatan sehingga dapat
mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
3. Puskesmas
pembantu oelbanu
Bahan masukan untuk bidan agar dapat
memotifasi masyarakat untuk melaksanakan persalinan di fasilitas kesehatan dan
ditolong oleh tenaga kesehatan.
4. Institusi
jurusan kebidanan
Sebagai bahan pustaka dan menambah
khasanah penelitian tentang pemilihan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong
persalinan.
5. Institusi
Dinas Kesehatan Kabupaten
Memberikan manfaat kepada dinas
kesehatan khususnya pemegang program kesehatan ibu dan anak tentang pengetahuan
ibu dengan pemiilihan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan
sehingga dapat disusun langkah-langkah perencanaan dan intervensi yang
berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.
E.
Keaslian
Penelitian
Penelitian
yang berkaitan dengan penolong persalinan telah dilakukan oleh Nanu (2008)
dengan judul, studi tentang peminatan masyarakat terhadap pemilihan penolong
persalinan oleh tenaga non kesehatan di puskesmas Pasir Panjang. Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian deskkriptif. Penelitian ini terdahulu berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni, penulis melakukan
penelitian dengan judul servey pengetahuan ibu hamil trimester III tentang
pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja puskesmas pembantu Oelbanu tahun
2013. Menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode survey dan
instrument yang digunakan adalah kuisioner.

TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep
Dasar Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu
yang diketahui kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003) Pengetahuan
merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu, indra penglihatan, indra pendengaran, perasa,
penciuman dan peraba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil tahu dari
manusia, yang sekedar bertanya “what”
misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan itu
sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat diperoleh dari
pendidikan formal dan non formal, jadi pengetahuan sangat erat hubungannya
dengan pendidikan seseorang maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya.
Tetapi ditekankan bukan berarti seseorang yang pendidikannya rendah, mutlak
pengetahuannya rendah pula karena pendidikan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal akan tetapi dapat juga diperoleh dengan pendidikan non
formal.
2. Tingkatan
Pengetahuan
Menurut
Notoatmodjo, 2003 pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu :
a. Tahu
(Know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk
mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefenisikan,
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
c. Aplikasi
(Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan
untuk menerapkan materi yangt telah dipelajari pada situasi atau kondisi real
(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai kegunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d. Analisis
(Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan
untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam komponen- komponen tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi tersebut
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan,
memisahkan dan sebagainya.
e. Sintesis
(Shyntesis)
Sintesis diartikan sebagi kemampuan
untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun, merencanakan,
meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan
yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi
diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian menggunakan
criteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan, menanggapi
pendapat, dan menafsirkan sebab-sebab suatu kejadian.
Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi
materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden kedalam
pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut
di atas. Sedangkan kualitas pengetahuan masing-masing tingkat pengetahuan dapat
dilakukan dengan kriteria, yaitu, (Sugiono, 2006) : Tingkat pengetahuan baik
jika jawaban responden dari kuisioner yang benar 80 – 100 persen, tingkat
pengetahuan cukup jika jawaban responden dari kuisioner yang benar 60-70
persen, dan tingkat pengetahuan kurang jika jawaban responden dari kuisioner
yang benar < 60 persen.
3. Faktor – Faktor yang Mempengarui Tingkat
Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) yaitu :
a. Tingkat
Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan
yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah
cita-cita tertentu. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang
ditempuh oleh seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang maka dengan mudah
untuk menerima informasi maka makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki.
Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan pendidikan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang dikenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c. Informasi
dan Tenaga Kesehatan
Informasi adalah seperangkat atau cara meteodologi organisasi yang
dibentuk untuk memasukan dan mengambil kembali data yang dikumpulkan dalam
menjalankan dan mengelola organisasi. Semakin banyak informasi yang diberikan
masyarakat semakin tahu tentang kesehatan.
d. Media
Massa
Media merupakan suatu alat yang dapat
digunakan masyarakat unntuk mendapat informasi tentang suatu hal, jenis dan
bentuk saluran atau media berkomunikasi sangat bervariasi. Media dibagi atas
tiga bagian yaitu media cetak, media elektronik, media papan.
e. Umur
Umur adalah umur individu yang dihitung
mulai dari saat melahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
f. Pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang pernah
dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecendrungan
pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan namun
pengalaman terhadap objek tersebut sering terlintas maka, secara psikologis
akan timbul kesan yang sangat mendalam dan berbekas dalam emosi kejiwaannya dan
akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis
menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan penuntun manusia untuk berbuat atau
mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapat informasi sehingga bisa
meningkatkan kualitas hidup.
B. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan
Persalinan
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu) lahir spontan dengan presentase belakang kepala yang berlangsung 18 jam
tanpa ada komplikasi baik itu ibu maupun pada janin (Wiknjosastro ; 2008).
2. Tujuan
Asuhan Persalinan
Memberikan
asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan yang
bersih dan aman dengan memperhatikan aspek
sayang ibu dan sayang bayi (saifudin 2006).
3. Jenis-Jenis
Persalinan
a. Menurut
Cara persalinan
Persalinan normal (partus normal)
disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pervagina dengan tenaga
ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung <24 jam.
Persalinan abnormal
(partus luar biasa) adalah persalinan pervagina dengan bantuan alat-alat atau
melalui dinding perut dengan operasi (caecarea).
b. Menurut
Tua atau Umur Kehamilan
Abortus adalah
terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup(viable) berat janin kurang dari
500 gram, UK sebelum 22 minggu partus imanaturus adalah pengeluaran buah
kehamilan antara 22 minggu-28 minggu, berat badan janin antara 500 gram dan 999
gram.
Partus premature
adalah persalinan dengan hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu berat badan
janin antara 1000gram dan 2499 gram.
Partus matures adalah
persalinan pada kehamilan 37-42 minggu janin matur berat badan >2500 gram
partus posmaturus
adalah persalinan yang terjadi dua minggu atau lebih dari waktu partus yang
ditaksir
4. Tanda
–Tanda Inpartu
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering
dan teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil serviks,kadang –kadang ketuban pecah dengan sendirinya
pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar, pembukaan telah ada.
5. Tahapan Persalinan
a. Kala I adalah
kala pembukaan yang berlangsung antara pembu kaan (0) cm, sampai pembukaan (10)
cm atau lengkap lamanya kala satu untuk primigravida berlangsung sekitar 12
jam. sedangkan multigravida 8 jam kala 1
terdiri dari 2 fase;
fase laten; dimana pembukaan servik berlangsung lambat, sampai
pembukaan 3 cm berlangsung 7 – 8 jam fase alktif berlangsung selama 6 jam dan
dibagi dalam tiga sub fase : Akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm, dilatasi minimal selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm,
deselarasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
menjadi 10 cm atau lengkap.
b. Kala II adalah dimulai dari pembukaan lengkap
(10 cm) sampai bayi lahir.
Gejala utama kala II adalah telah menjadi pembukaan
lengkap tanpak bagian kepala janin melalui bukan introitus vagina ada rasa
ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektuma atau vagina, perineum
kelihatan menonjol, vulva dan spingterani membuka, peningkatan pengeluaran lendir
dan darah.
c.
Kala III adalah masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya
pengeluaran placenta.
Tanda-tanda
lepasnya placenta terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali
pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina atau semburan dara secara
tiba-tiba.
d.
Kala IV adalah saat lahirnya plascenta
sampai 2 jam pertama post partum.
Tujuan
kala IV adalah untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum sering
terjadi pada 2 jam pertama.
C.
Konsep
Dasar Penolong Persalinan
1. Penolong
Persalinan
Tenaga
penolong persalinan dibedakan atas dua yakni tenaga kesehatan dan non kesehatan.
Yang dikenal sebagai tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara
aktif dan profesional di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan untuk menolong
persalinan adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum dan bidan
(Depkes, 2006). Tenaga non kesehatan adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan
untuk melakukan upaya kesehatan melalui pengamatan, pengalaman dan pengetahuan.
Yang dikenal sebagai tenaga non kesehatan yaitu dukun terlatih dan tidak
terlatih (Depkes, 2002).
a.
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Adalah
Dokter Umum (General Practitioner)
yang melanjutkan studinya serta mendalami bidang penyakit wanita serta mencakup
kehamilan, persalinan dan nifas
b.
Bidan
Bidan
diartikan sebagai wanita yang memiliki kualifikasi untuk mengerjakan semua
asuhan kehamilan yang normal, mengawasi persalinan serta melangsungkan proses
Kelahiran yang normal serta melangsungkan proses kelahiran yang normal dan
merawat Ibu postpartum serta bayi baru lahir yang normal (Farerr dan Varnei,
2001). Bidan adalah wanita yang menunggu Ibu sedang melahirkan.
Bidan
merupakan profesi yang diakui secara internasional dengan jumlah praktisi di
seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidan prakteknya secara internasional telah
diakui oleh International Convederation
of Miodwifes (ICM) pada tahun 1972 dan International
Gynaecologis and Obsertion (FIGO) pasa tahun 1973 (Varnei, 2002).
c.
Dukun (Terlatih dan tidak terlatih)
Dukun
terlatih merupakan anggota masyarakat, umumnya wanita yang telah mendapatkan pelatihan
oleh Tenaga Kesehatan yang dinyatakan lulus. Dukun tidak terlatih adalah
anggota masyarakat pada umumnya seorang wanita yang mendapatkan kepercayaan
serta memiliki ketrampilan khusus dalam menolong persalinan secara tradisional
dan memperoleh ketrampilan tersebut secara turun temurun, belajar secara
prakthis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan ketrampilan tersebut
(Depkes, 2002).
Dukun
baik terlatih maupun tidak terlatih masih berperan penting dalam penanganan
terhadap kehamilan yang masih digunakan oleh kaum wanita karena adanya
kesesuaian sistem sosial atau cultural dan dalam pendekatanya masih bersifat kekeluargaan,
tidak menimbulkan keengganan dan kesenjangan sosial, bahkan dukun mampu
mengantarkan sampai upacara adat (Syafuddin, 2002).
Tahun
2001 Departemen Kesehatan merencanakan Making
Pregnancy Safer (MPS) yang salah satu pesan kuncinya adalah setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (Endjun, 2002). Hal ini menunjukkan
bahwa dukun baik terlatih maupun tidak terlatih tidak boleh menolong persalinan.
Pemerintah
tidak langsung menghapuskan peran dukun beranak dalam proses persalinan, tetapi
pemerintah berupaya membangun kemitraan antara bidan dan dukun, bidan bertugas
membantu keseluruhan proses kelahiran dan dukun membantu kegiatan diluar
persalinan yaitu membawa Ibu hamil ke tenaga kesehatan memandikan bayi dan merawat
ibu setelah melahirkan (Prabowo, 2006).
d.
Keluarga
Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah dan ibu, ayah ibu dan
anak-anak, ayah dan anak-anak atau ibu dan anak-anak. Salah satu anggota
keluarga dapat berperan dalam menolong persalinan pada keadaan dimana data fasilitas
kesehatan atau tenaga kesehatan jauh dari rumah (Prabowo, 2006).
2. Faktor-Faktor
yang Mempengarui Pemilihan Pertolongan Persalinan:
a. Jarak
Rumah dari Sarana Kesehatan
Medan
geografis yang sulit dijangkau membuat tenaga medis tidak bisa segera memberi
bantuan persalinan pada Ibu yang akan melahirkan. Hal tersebut mengakibatkan
kondisi Ibu yang akan melahirkan kritis sehingga menyebabkan dukun menjadi
pilihan utama. Akibatnya timbul asumsi masyarakat bahwa tingginya angka
kematian ibu, disebabkan karena tindakan tradisional dalam proses persalinan,
bukan karena keterlambatan penanganan dalam proses kelahiran (Bangsu, 2001).
b. Besarnya
Biaya Persalinan Fasilitas Kesehatan
Faktor
pesalinan tenaga medis, faktor keadaan sosial ekonomis sangat besar perannya, mengingat
kawasan Indonesia belum merata kondisinya atau perbedaan yang besar dalam
bidang sosial ekonomi. Untuk meratakan kesejahteraan dalam pelayanan kesehatan
maka diberikan jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat (JPKM) bagi keluarga
miskin seperti ASKESKIN, SKTM ataupun JPS (Depkes, 2002). Diharapkan dengan
adanya kartu jaminan dari pemerintah dapat meringankan pembiayaan kesehatan
masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang mampu.
Bidan
sebagai tenaga pemberi jasa pelayanan harus menyiapkan diri mengantisipasi
kebutuhan masyarakat, pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan yang
dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan. Sikap bidan harus
tanggap terhadap klien sesuai kebutuhan, tidak membedakan pelayanan terhadap
siapapun.
c.
Kedekatan Emosional Keluarga dengan Tenaga
Penolong Non Kesehatan
Disamping
faktor tenaga medis faktor lain yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan
adalah kedekatan secara psikis emosional antara keluarga dengan penolong
persalinan dalam hal ini adalah dukun. Keberadaan masih sangat kuat pengaruhnya pada
masyarakat. Ini terjadi karena usia dukun relatif tua sehingga dianggap
mempunyai pengalaman yang lebih dan dianggap sesepu di daerah tertentu
(Prabowo, 2006).
d. Pendapatan
Keluarga
Dalam
mengukur kondisi ekonomi seseorang dua konsep pokok yang paling sering
digunakan yakni pendapatan dan kekayaan.
Pendapat keluarga merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh kepala
keluarga selama jangka waktu tertentu yang diperoleh dari upah atau penerimaan
tenaga kerja, prndapatan kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden serta
penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial, setelah dipotong
pajak pendapatan atau kata lain pendapatan
bersih (Samuelson, 2005).
e. Faktor-Faktor
Lain yang mempengaruhi Pemilihan
Penolong Persalinan
1) Pengetahuan
suami dan istri
Pengetahuan merupakan suatu hal yang
sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok
dan masyarakat. Pengetahuan ini terkait dengan dimana akan mempengaruhi
pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan
(Prabowo, 2006).
2) Pendidikan
Suami dan Istri
Masih rendahnya tingkat pendidikan suami
dan istri juga turut mempengarui tingginya angka kematian ibu, hal ini
disebabkan faktor ketidakmampuan membaca dan menulis turut mengakibatkan
kurangnya informasi kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan.
D.
Landasan
Teori
Tenaga penolong
persalinan dibedakan atas dua yakni tenaga kesehatan dan non kesehatan. Tenaga
kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan professional
dibidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak,
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya
kesehatan. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan untuk menolong persalinan
adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, dan bidan (Depkes,
2006). Tenaga non kesehatan adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan untuk
melakukan upaya kesehatan melalui pengamatan, pengalaman dan pengetahuan. Yang
dikenal sebagai tenaga non kesehatan yaitu dukun terlatih dan tidak terlatih
(Depkes, 2002).
Meskipun persentase
pertolongan persalinan pada tenaga kesehatan di Kabupaten Kupang dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan dan telah mencapai target nasional, namun pada
kenyataannya di puskesmas Lelogama pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
masih di bawah target. Hal tersebut diperparah dengan adanya pendapat atau
kepercayaan sebagian masyarakat di wilayah kerja puskesmas tersebut, bahwa jika
dalam persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan berarti persalinannya mengalami
kesulitan yang dikaitkan dengan karena atas apa yang telah dilakukan oleh si ibu
atau keluarganya di masa lampau.

BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang
bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester III di puskesmas
pembantu Oelbanu wilayah kerja puskesmas Lelogama tahun 2013. Penelitian ini
menggunakan survey yaitu suatu cara penelitian terhadap sekelompok objek yang
biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.
B.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di puskesmas pembantu Oelbanu
wilayah kerja puskesmas Lelogama. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret
2013.
C.
Populasi
dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti
(Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang didapat
dari buku registrasi di Puskesmas pembantu Oelbanu tahun 2012 adalah 118 ibu
hamil yang terhitung dari bulan Januari sampai bulan Desember 2012.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan
sampling tertentu untuk memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Dalam
penelitian ini sampel yang dipilih adalah sebagian ibu hamil trimester III dari
bulan Januari sampai Desember 2012 yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
populasi.
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini berdasarkan
kriteria Inklusi
(Hidayat 2009), yaitu ibu hamil trimester III yang
terdaftar dalam buku register di puskesmas pembantu Oelbanu wilayah kerja
puskesmas Lelogama tahun 2012 dan bersedia diteliti dengan menandatangani surat
pernyataan calon responden di puskesmas Lelogama.
Kriteria ekslusi yaitu merupakan kriteria dimana subjek
penelitian tidak dapat mewakili sampel yang
memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Hidayat, 2009)
yaitu semua ibu hamil trimester III yang dengan alasan tertentu tidak mau
menjadi responden.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan
rumus menurut Nursalam:
N = 30% x N
= 30% x
118
= 35,4
= 35
Jadi besarnya
sampel untuk penelitian ini adalah 35 ibu hamil.
D.
Cara
dan Alat Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari
subjek penelitian. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar kuesioner (Notoatmodjo, 2002),
yang berisi 10 pertanyaan.
Lembar kuesioner menggunakan bentuk pertanyaan tertutup
yang tidak membutuhkan jawaban secara detail tetapi cukup dengan memberikan
tanda (√)
pada jawaban yang benar atau salah. Kriteria penelitian yang digunakan adalah
jika jawaban benar nilai 1 (satu), dan bila jawaban Salah diberi nilai 0 (nol).
E.
Variabel
Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran yang dimiliki oleh suatu penelitian tentang suatu konsep penelitian
tertentu (Notoadmodjo, 2003). Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka
variabel penelitian yang digunakan adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan
Ibu trimester III tentang pemilihan penolong persalinan di puskesmas pembantu Oelbanu
wilayah kerja puskesmas Lelogama.
F.
Definisi
Operasional Variabel Penelitian
Tabel I.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No
|
Variabel
|
Definisi
|
Skala
Operasional
|
Alat
Ukur
|
Cara Pengukuran
|
1
|
Pengetahuan Ibu Hamil trimester III tentang pemilihan penolong
persalinan di puskesmas pembantu Oelbanu wilayah kerja puskesmas Lelogama
|
Kemampuan atau
pemahaman Ibu Hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan
seperti nakes (Dokter umum, Dokter kebidanan dan kandungan bidan) dan non
nakes seperti dukun (Terlatih dan
tidak terlatih) yang berkaitan dengan persalinan yang aman dan sehat.
|
Ordinal
|
Kuesioner
|
Baik :
80 – 100%
Cukup :
60 – 70%
Kurang :
< 60%
|
1. Pengolahan
Data
Setelah data dikumpulkan,
selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai berikut (Hidayat, 2009).
a. Editing
Editing
yaitu untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah terisi lengkap.
b. Cooding
Cooding
yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut item pada kuisioner
c. Tabulating
Tabulating
adalah kegiatan penyusunan data
yang ada didalam bentuk tabel.
2. Analisis Data
Data
dikumpulkan dan dikelompokkan dan kemudian diolah sesuai dengan tabel variabel
hasil penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Analisis data yang digunakan dengan menggunakan rumus (Bungin, 2009):

Keterangan
:
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Subjek
H.
Etika
Penelitian
Dalam melakukan penelitian,
penulis harus memperhatikan masalah etika, meliputi :
1.
Informent
Consent
Lembar
persetujuan menjadi responden akan diberikan sebelum penelitian dilaksanakan
kepada ibu hamil Trimester III
yang terdaftar dalam buku register di puskesmas
pembantu Oelbanu tahun 2012.
Dengan tingkat pengetahuan yang tepat tentang pemilihan penolong persalinan
yang akan diteliti tujuannya untuk
meminta persetujuan responden.
2. Anonimity
(Tanpa Nama)
Formolir yang dipakai untuk pengumpulan data tidak diberi
nama tetapi menggunakan kode untuk menjamin kerahasiaan informasi.
3. Confidentiality
(Kerahasiaan)
Informasi
yang dikumpulkan dari responden dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Penyajian
atau laporan hasil riset hanya terbatas pada kelompok data yang terkait dengan masalah penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Bangsu,
T. 2001. Dukun Bayi Sebagai Pilihan Utama
Tenaga Penolong Persalinan. Jurnal Penelitian UNIB Vol. VII No. 2. Juli
2001.
Bungin,
Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta :
Kencana.
Depkes
RI. 2008. Millenium Development Goals
2015. Jakarta.
Depkes
RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional.
Jakarta.
Hidayat
A, Alimul. 2007. Metode Penelitian
Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo,
2002. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
,
2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
,
2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : Penerbit Rineka
Cipta.
Prabowo.
2006. Sistem Informasi Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana, Indonesia.
Prawirohardjo,S.
2007. Ilmu Kebidanan . Jakarta: YBP
Saifudin,
Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Samuelson,
dkk, 2004. Ilmu Makro Ekonomi.
Jakarta : PT. Media Global Edukasi
Sugiono, 2002. Metode
Penelitian Administrasi. Jakarta : Alfabeta
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC.
Wikdnjosastro,
2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar