Total Tayangan Halaman

Minggu, 27 Oktober 2013

Pemilihan Penolong Persalinan di Pustu Oelbanu-Lelogama, Kupang - NTT



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Kebijakan Indonesia tentang pemenuhan kesehatan ibu dan anak dikelola dalam unit pelayanan dasar dan secara operasional berada pada lini pelayanan terdepan yaitu puskesmas. Mengingat keterbatasan sumber daya pembangunan kesehatan, maka kebijakan lebih lanjut tentang pemenuhan kebutuhan kesehatan ibu dan anak diarahkan untuk memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan yang secara operasional dikenal dengan puskesmas. Dimana tujuan akhir dari program KIA tersebut menurunkan angka kematian ibu dan anak  (Depkes RI, 2005).
Keluarga miskin masih memilih menggunakan jasa dukun untuk membantu proses persalinan. Dibeberapa daerah termasuk daerah NTT, jaminan pelayanan kesehatan gratis ternyata tidak serta merta mengurangi pilihan keluarga miskin untuk ke dukun. Semakin jauh dan semakin sulit jarak yang ditempuh ke fasilitas kesehatan, dukun menjadi alternative utama, selain itu dukun lebih mudah diakses karena lebih dekat dengan masyarakat dan lebih dipercaya, dan pembayaran lebih fleksibel karena kadang bisa dibayar dengan barang (Prabowo, 2006).
Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut Riset Kesehatan Dasar (Risdakes) diperoleh AKI tahun 2007 adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI tahun 2010 sebesar 214 per 100.000 kelahiran hidup, AKI tersebut sudah jauh menurun. Namun masih jauh dari target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2010). Berdasarkan data nasional jumlah persalinan Indonesia 4.968.000.495. Persalinan oleh Nakes 3.978.880 (80%). Sedangkan data di NTT tahun 2008 jumlah persalinan121.854 persalinan (Primigravida) oleh Nakes 94.596 (77%) data di Propinsi NTT menurut penolong persalinan oleh Nakes 39 % dan oleh non nakes 61 % cakupan target persalinan di  Puskesmas Lelogama tahun 2012 yaitu 85% harus ditolong oleh nakes tetapi hanya 53% yang ditolong oleh nakes. Menurut data  puskesmas Lelogama dari total jumlah ibu melahirkan di Puskesmas Lelogama yaitu 53% yang ditolong oleh tenaga kesehatan karena telah dilaksanakannya Revolusi KIA dan sebagian masyarakat telah mengerti pentingnya ditolong oleh Tenaga Kesehatan dan telah sadar akan Kesehatan Ibu dan Bayi sedangkan 8% ditolong oleh tenaga non Kesehatan.
Menurut data Pustu Oelbanu, jumlah ibu melahirkan di Pustu Oelbanu tahun 2012 yaitu sebanyak 39% yang harus ditolong oleh nakes tetapi hanya 17% yang ditolong oleh nakes, sedangkan 22 % ditolong oleh non nakes atau dukun bayi karena, masih ada sebagian kelompok masyarakat yang lebih percaya ditolong oleh dukun dari pada ditolong oleh tenaga kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut di atas mendorong penulis untuk lebih tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Survey pengetahuan ibu hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan di Puskesmas Pembantu Oelbanu Wilayah Kerja Puskesmas Lelogama Tahun 2013”.

B.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah “Bagaimana Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Pemilihan Penolong Persalinan di Puskesmas Pembantu Oelbanu Wilayah Kerja Puskesmas Lelogama tahun 2013”.

C.    Tujuan Penelitian
1.    Tujuan umum
Diketahuinya pengetahuan ibu hamil trimester III tentang pemilihan  tenaga penolong persalinan di puskesmas pembantu Oelbanu wilayah kerja Puskesmas Lelogama tahun 2013.
2.    Tujuan khusus
a.    Diketahuinya pengetahuan ibu hamil tentang manfaat atau keuntungan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan
b.    Diketahuinya pengetahuan ibu hamil tentang alasan memilih dukun sebagai penolong persalinan.

D.    Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini akan memberikan manfaat bagi :
1.  Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah.
2.  Responden
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan ibu tentang manfaat ditolong oleh tenaga kesehatan sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
3.  Puskesmas pembantu oelbanu
Bahan masukan untuk bidan agar dapat memotifasi masyarakat untuk melaksanakan persalinan di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tenaga kesehatan.
4.  Institusi jurusan kebidanan
Sebagai bahan pustaka dan menambah khasanah penelitian tentang pemilihan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan.

5.  Institusi Dinas Kesehatan Kabupaten
Memberikan manfaat kepada dinas kesehatan khususnya pemegang program kesehatan ibu dan anak tentang pengetahuan ibu dengan pemiilihan tenaga kesehatan sebagai tenaga penolong persalinan sehingga dapat disusun langkah-langkah perencanaan dan intervensi yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.

E.     Keaslian Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan penolong persalinan telah dilakukan oleh Nanu (2008) dengan judul, studi tentang peminatan masyarakat terhadap pemilihan penolong persalinan oleh tenaga non kesehatan di puskesmas Pasir Panjang. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskkriptif. Penelitian ini terdahulu berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni, penulis melakukan penelitian dengan judul servey pengetahuan ibu hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja puskesmas pembantu Oelbanu tahun 2013. Menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan metode survey dan instrument yang digunakan adalah kuisioner.


 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Konsep Dasar Pengetahuan
1.    Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui kepandaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2003) Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, indra penglihatan, indra pendengaran, perasa, penciuman dan peraba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar bertanya “what” misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan itu sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat diperoleh dari pendidikan formal dan non formal, jadi pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan seseorang maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya. Tetapi ditekankan bukan berarti seseorang yang pendidikannya rendah, mutlak pengetahuannya rendah pula karena pendidikan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal akan tetapi dapat juga diperoleh dengan pendidikan non formal.
2.    Tingkatan Pengetahuan
Menurut  Notoatmodjo, 2003 pengetahuan mempunyai 6 tingkat yaitu :
a.     Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya. 
b.     Memahami  (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang  objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
c.      Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan materi yangt telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai kegunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya.
d.     Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam komponen- komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut  dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, mengelompokkan, memisahkan dan sebagainya.
e.     Sintesis (Shyntesis)
Sintesis diartikan sebagi kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada.
f.       Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian menggunakan criteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan, menanggapi pendapat, dan menafsirkan sebab-sebab suatu kejadian.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari objek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat disesuaikan dengan tingkat tersebut di atas. Sedangkan kualitas pengetahuan masing-masing tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan kriteria, yaitu, (Sugiono, 2006) : Tingkat pengetahuan baik jika jawaban responden dari kuisioner yang benar 80 – 100 persen, tingkat pengetahuan cukup jika jawaban responden dari kuisioner yang benar 60-70 persen, dan tingkat pengetahuan kurang jika jawaban responden dari kuisioner yang benar < 60 persen.
3.     Faktor – Faktor yang Mempengarui Tingkat Pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) yaitu :
a.     Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seseorang. Makin tinggi pendidikan seseorang maka dengan mudah untuk menerima informasi maka makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan pendidikan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang dikenalkan.
b.     Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang  memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
c.      Informasi dan Tenaga Kesehatan
Informasi adalah seperangkat  atau cara meteodologi organisasi yang dibentuk untuk memasukan dan mengambil kembali data yang dikumpulkan dalam menjalankan dan mengelola organisasi. Semakin banyak informasi yang diberikan masyarakat semakin tahu tentang kesehatan.
d.     Media Massa
Media merupakan suatu alat yang dapat digunakan masyarakat unntuk mendapat informasi tentang suatu hal, jenis dan bentuk saluran atau media berkomunikasi sangat bervariasi. Media dibagi atas tiga bagian yaitu media cetak, media elektronik, media papan. 
e.     Umur
Umur adalah umur individu yang dihitung mulai dari saat melahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
f.       Pengalaman
Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecendrungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan namun pengalaman terhadap objek tersebut sering terlintas maka, secara psikologis akan timbul kesan yang sangat mendalam dan berbekas dalam emosi kejiwaannya dan akhirnya dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan penuntun manusia untuk berbuat atau mengisi kehidupan yang dapat digunakan untuk mendapat informasi sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup.  

B.   Persalinan
1.    Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentase belakang kepala yang berlangsung 18 jam tanpa ada komplikasi baik itu ibu maupun pada janin (Wiknjosastro ; 2008).
2.    Tujuan Asuhan Persalinan 
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek  sayang ibu dan sayang bayi (saifudin 2006).
3.    Jenis-Jenis Persalinan
a.    Menurut Cara persalinan
Persalinan normal (partus normal) disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pervagina dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung <24 jam.
Persalinan abnormal (partus luar biasa) adalah persalinan pervagina dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi (caecarea). 
b.    Menurut Tua atau Umur Kehamilan
Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup(viable) berat janin kurang dari 500 gram, UK sebelum 22 minggu partus imanaturus adalah pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu-28 minggu, berat badan janin antara 500 gram dan 999 gram.
Partus premature adalah persalinan dengan hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu berat badan janin antara 1000gram dan 2499 gram.
Partus matures adalah persalinan pada kehamilan 37-42 minggu janin matur berat badan >2500 gram
partus posmaturus adalah persalinan yang terjadi dua minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir
4.    Tanda –Tanda Inpartu
Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil serviks,kadang –kadang ketuban pecah dengan sendirinya pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar, pembukaan telah ada.
5. Tahapan Persalinan
a.   Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembu kaan (0) cm, sampai pembukaan (10) cm atau lengkap lamanya kala satu untuk primigravida berlangsung sekitar 12 jam. sedangkan  multigravida 8 jam kala 1 terdiri dari 2 fase;
fase laten; dimana  pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm berlangsung 7 – 8 jam fase alktif berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam tiga sub fase : Akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm, dilatasi minimal selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm, deselarasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam  menjadi 10 cm atau lengkap.
b.   Kala II adalah dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.
Gejala utama kala II adalah telah menjadi pembukaan lengkap tanpak bagian kepala janin melalui bukan introitus vagina ada rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektuma atau vagina, perineum kelihatan menonjol, vulva dan spingterani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
c.    Kala III adalah masa  setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya pengeluaran placenta.
Tanda-tanda lepasnya placenta terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina atau semburan dara secara tiba-tiba.
d.    Kala IV adalah saat lahirnya plascenta sampai  2 jam pertama post partum.
Tujuan kala IV adalah untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum sering terjadi pada 2 jam pertama.       
                                                                                       
C.     Konsep Dasar Penolong Persalinan
1.    Penolong Persalinan
Tenaga penolong persalinan dibedakan atas dua yakni tenaga kesehatan dan non kesehatan. Yang dikenal sebagai tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan untuk menolong persalinan adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum dan bidan (Depkes, 2006). Tenaga non kesehatan adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan untuk melakukan upaya kesehatan melalui pengamatan, pengalaman dan pengetahuan. Yang dikenal sebagai tenaga non kesehatan yaitu dukun terlatih dan tidak terlatih (Depkes, 2002).
a.   Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan
Adalah Dokter Umum (General Practitioner) yang melanjutkan studinya serta mendalami bidang penyakit wanita serta mencakup kehamilan, persalinan dan nifas
b.   Bidan
Bidan diartikan sebagai wanita yang memiliki kualifikasi untuk mengerjakan semua asuhan kehamilan yang normal, mengawasi persalinan serta melangsungkan proses Kelahiran yang normal serta melangsungkan proses kelahiran yang normal dan merawat Ibu postpartum serta bayi baru lahir yang normal (Farerr dan Varnei, 2001). Bidan adalah wanita yang menunggu Ibu sedang melahirkan.
Bidan merupakan profesi yang diakui secara internasional dengan jumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidan prakteknya secara internasional telah diakui oleh International Convederation of Miodwifes (ICM) pada tahun 1972 dan International Gynaecologis and Obsertion (FIGO) pasa tahun 1973 (Varnei, 2002).
c.   Dukun (Terlatih dan tidak terlatih)
Dukun terlatih merupakan anggota masyarakat, umumnya wanita yang telah mendapatkan pelatihan oleh Tenaga Kesehatan yang dinyatakan lulus. Dukun tidak terlatih adalah anggota masyarakat pada umumnya seorang wanita yang mendapatkan kepercayaan serta memiliki ketrampilan khusus dalam menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut secara turun temurun, belajar secara prakthis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan ketrampilan tersebut (Depkes, 2002).
Dukun baik terlatih maupun tidak terlatih masih berperan penting dalam penanganan terhadap kehamilan yang masih digunakan oleh kaum wanita karena adanya kesesuaian sistem sosial atau cultural dan dalam pendekatanya masih bersifat kekeluargaan, tidak menimbulkan keengganan dan kesenjangan sosial, bahkan dukun mampu mengantarkan sampai upacara adat (Syafuddin, 2002).
Tahun 2001 Departemen Kesehatan merencanakan Making Pregnancy Safer (MPS) yang salah satu pesan kuncinya adalah setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (Endjun, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa dukun baik terlatih maupun tidak terlatih tidak boleh menolong persalinan.
Pemerintah tidak langsung menghapuskan peran dukun beranak dalam proses persalinan, tetapi pemerintah berupaya membangun kemitraan antara bidan dan dukun, bidan bertugas membantu keseluruhan proses kelahiran dan dukun membantu kegiatan diluar persalinan yaitu membawa Ibu hamil ke tenaga kesehatan memandikan bayi dan merawat ibu setelah melahirkan (Prabowo, 2006).
d.   Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari ayah dan ibu, ayah ibu dan anak-anak, ayah dan anak-anak atau ibu dan anak-anak. Salah satu anggota keluarga dapat berperan dalam menolong persalinan pada keadaan dimana data fasilitas kesehatan atau tenaga kesehatan jauh dari rumah (Prabowo, 2006).
2.    Faktor-Faktor yang Mempengarui Pemilihan Pertolongan Persalinan:
a.  Jarak Rumah dari Sarana Kesehatan
Medan geografis yang sulit dijangkau membuat tenaga medis tidak bisa segera memberi bantuan persalinan pada Ibu yang akan melahirkan. Hal tersebut mengakibatkan kondisi Ibu yang akan melahirkan kritis sehingga menyebabkan dukun menjadi pilihan utama. Akibatnya timbul asumsi masyarakat bahwa tingginya angka kematian ibu, disebabkan karena tindakan tradisional dalam proses persalinan, bukan karena keterlambatan penanganan dalam proses kelahiran (Bangsu, 2001).
b.  Besarnya Biaya Persalinan Fasilitas Kesehatan
Faktor pesalinan tenaga medis, faktor keadaan sosial ekonomis sangat besar perannya, mengingat kawasan Indonesia belum merata kondisinya atau perbedaan yang besar dalam bidang sosial ekonomi. Untuk meratakan kesejahteraan dalam pelayanan kesehatan maka diberikan jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat (JPKM) bagi keluarga miskin seperti ASKESKIN, SKTM ataupun JPS (Depkes, 2002). Diharapkan dengan adanya kartu jaminan dari pemerintah dapat meringankan pembiayaan kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat yang kurang mampu.
Bidan sebagai tenaga pemberi jasa pelayanan harus menyiapkan diri mengantisipasi kebutuhan masyarakat, pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan. Sikap bidan harus tanggap terhadap klien sesuai kebutuhan, tidak membedakan pelayanan terhadap siapapun.
c.   Kedekatan Emosional Keluarga dengan Tenaga Penolong Non Kesehatan
Disamping faktor tenaga medis faktor lain yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan adalah kedekatan secara psikis emosional antara keluarga dengan penolong persalinan dalam hal ini adalah dukun. Keberadaan  masih sangat kuat pengaruhnya pada masyarakat. Ini terjadi karena usia dukun relatif tua sehingga dianggap mempunyai pengalaman yang lebih dan dianggap sesepu di daerah tertentu (Prabowo, 2006).  


d.  Pendapatan Keluarga
Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang dua konsep pokok yang paling sering digunakan  yakni pendapatan dan kekayaan. Pendapat keluarga merupakan jumlah seluruh uang yang diterima oleh kepala keluarga selama jangka waktu tertentu yang diperoleh dari upah atau penerimaan tenaga kerja, prndapatan kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden serta penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial, setelah dipotong pajak  pendapatan atau kata lain pendapatan bersih (Samuelson, 2005).
e.  Faktor-Faktor Lain yang mempengaruhi  Pemilihan Penolong Persalinan
1)     Pengetahuan suami dan istri
Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam rangka perubahan pola pikir dan perilaku suatu kelompok dan masyarakat. Pengetahuan ini terkait dengan dimana akan mempengaruhi pengetahuan, dalam hal ini pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan (Prabowo, 2006).
2)     Pendidikan Suami dan Istri
Masih rendahnya tingkat pendidikan suami dan istri juga turut mempengarui tingginya angka kematian ibu, hal ini disebabkan faktor ketidakmampuan membaca dan menulis turut mengakibatkan kurangnya informasi kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan.

D.     Landasan Teori
Tenaga penolong persalinan dibedakan atas dua yakni tenaga kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan professional dibidang kesehatan baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan yang mempunyai kewenangan untuk menolong persalinan adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum, dan bidan (Depkes, 2006). Tenaga non kesehatan adalah orang yang dianggap memiliki kemampuan untuk melakukan upaya kesehatan melalui pengamatan, pengalaman dan pengetahuan. Yang dikenal sebagai tenaga non kesehatan yaitu dukun terlatih dan tidak terlatih (Depkes, 2002).
Meskipun persentase pertolongan persalinan pada tenaga kesehatan di Kabupaten Kupang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan telah mencapai target nasional, namun pada kenyataannya di puskesmas Lelogama pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih di bawah target. Hal tersebut diperparah dengan adanya pendapat atau kepercayaan sebagian masyarakat di wilayah kerja puskesmas tersebut, bahwa jika dalam persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan berarti persalinannya mengalami kesulitan yang dikaitkan dengan karena atas apa yang telah dilakukan oleh si ibu atau keluarganya di masa lampau.
 
 
BAB III
METODE PENELITIAN

A.   Jenis Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil trimester III di puskesmas pembantu Oelbanu wilayah kerja puskesmas Lelogama tahun 2013. Penelitian ini menggunakan survey yaitu suatu cara penelitian terhadap sekelompok objek yang biasanya cukup banyak dalam jangka waktu tertentu.

B.   Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di puskesmas pembantu Oelbanu wilayah kerja puskesmas Lelogama. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Maret 2013.

C.   Populasi dan Sampel Penelitian
1.  Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang diteliti (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang didapat dari buku registrasi di Puskesmas pembantu Oelbanu tahun 2012 adalah 118 ibu hamil yang terhitung dari bulan Januari sampai bulan Desember  2012.
2.  Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan sampling tertentu untuk memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini sampel yang dipilih adalah sebagian ibu hamil trimester III dari bulan Januari sampai Desember 2012 yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.  
Sampel yang dipilih dalam penelitian ini berdasarkan kriteria Inklusi (Hidayat 2009), yaitu ibu hamil trimester III yang terdaftar dalam buku register di puskesmas pembantu Oelbanu wilayah kerja puskesmas Lelogama tahun 2012 dan bersedia diteliti dengan menandatangani surat pernyataan calon responden di puskesmas Lelogama.
Kriteria ekslusi yaitu merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel yang  memenuhi  syarat  sebagai sampel penelitian (Hidayat, 2009) yaitu semua ibu hamil trimester III yang dengan alasan tertentu tidak mau menjadi responden.
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan rumus menurut Nursalam:
N  =  30% x N
     =  30% x 118
     =  35,4
     =  35
Jadi  besarnya sampel untuk penelitian ini adalah 35 ibu hamil.

D.   Cara dan Alat Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan data primer yaitu data  yang diperoleh langsung dari subjek penelitian. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan lembar kuesioner (Notoatmodjo, 2002), yang berisi 10 pertanyaan.
Lembar kuesioner menggunakan bentuk pertanyaan tertutup yang tidak membutuhkan jawaban secara detail tetapi cukup dengan memberikan tanda () pada jawaban yang benar atau salah. Kriteria penelitian yang digunakan adalah jika jawaban benar nilai 1 (satu), dan bila jawaban Salah diberi nilai 0 (nol).
 
E.   Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki oleh suatu penelitian tentang suatu konsep penelitian tertentu (Notoadmodjo, 2003). Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka variabel penelitian yang digunakan adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan Ibu trimester III tentang pemilihan penolong persalinan di puskesmas pembantu Oelbanu wilayah kerja puskesmas Lelogama.

F.    Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel I.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No
Variabel
Definisi
Skala Operasional
Alat Ukur
Cara Pengukuran
1
Pengetahuan Ibu  Hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan di puskesmas pembantu Oelbanu wilayah kerja puskesmas Lelogama
Kemampuan atau pemahaman Ibu Hamil trimester III tentang pemilihan penolong persalinan seperti nakes (Dokter umum, Dokter kebidanan dan kandungan bidan) dan non nakes seperti  dukun (Terlatih dan tidak terlatih) yang berkaitan dengan persalinan yang aman dan sehat.
Ordinal
Kuesioner
Baik :
80 – 100%

Cukup :
60 – 70%

Kurang :
< 60%
                       


G.   Pengolahan dan Analisis Data
1.  Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengolahan data sebagai berikut (Hidayat, 2009).
a.  Editing
Editing yaitu untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah terisi lengkap.
b.  Cooding
Cooding yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut item pada kuisioner
c.   Tabulating
Tabulating adalah kegiatan penyusunan data yang ada didalam bentuk tabel.
2.  Analisis Data
Data dikumpulkan dan dikelompokkan dan kemudian diolah sesuai dengan tabel variabel hasil penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Analisis data yang digunakan dengan  menggunakan rumus (Bungin, 2009):

Keterangan :
P = Persentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Subjek

 
H.   Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, penulis harus memperhatikan masalah etika, meliputi :
1.    Informent Consent
Lembar persetujuan menjadi responden akan diberikan sebelum penelitian dilaksanakan kepada ibu hamil Trimester III yang terdaftar dalam buku register di puskesmas pembantu Oelbanu tahun 2012. Dengan tingkat pengetahuan yang tepat tentang pemilihan penolong persalinan yang akan diteliti tujuannya untuk meminta persetujuan  responden.
2.    Anonimity (Tanpa Nama)
Formolir yang dipakai untuk pengumpulan data tidak diberi nama tetapi menggunakan kode untuk menjamin kerahasiaan informasi.
3.    Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi yang dikumpulkan dari responden dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Penyajian atau laporan hasil riset hanya terbatas pada kelompok data yang terkait dengan masalah penelitian.

DAFTAR  PUSTAKA

Bangsu, T. 2001. Dukun Bayi Sebagai Pilihan Utama Tenaga Penolong Persalinan. Jurnal Penelitian UNIB Vol. VII No. 2. Juli 2001.
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana. 
Depkes RI. 2008. Millenium Development Goals 2015. Jakarta.
Depkes RI. 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Hidayat A, Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
                 , 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
                 , 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Prabowo. 2006. Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana, Indonesia.
Prawirohardjo,S. 2007. Ilmu Kebidanan . Jakarta: YBP
Saifudin, Abdul B. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Samuelson, dkk, 2004. Ilmu Makro Ekonomi. Jakarta : PT. Media Global Edukasi
Sugiono, 2002. Metode Penelitian Administrasi. Jakarta : Alfabeta
Varney, H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC.
Wikdnjosastro, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar