Total Tayangan Halaman

Minggu, 17 November 2013

Rumah Tangga Tanpa Kedamaian, Kasih dan Keadilan.



Rumah tangga ini dibentuk oleh TUHAN sendiri. Rumah tangga ini ADA dan TIADA karena TUHAN. Hanya atas kehendak TUHAN rumah ini ada dan atau tidak ada. Sehingga rumah tangga ini dapat disebut sebagai RUMAH TUHAN. Lantas, apakah semua yang terjadi dalam rumah tangga ini adalah kehendak TUHAN??

Rumah tangga ini dipenuhi kegelapan. Rumah tangga ini penuh dengan kebencian, penuh dengan keserakahan, penuh dengan hawa nafsu percabulan, penuh dengan berhala, penuh dengan kecurangan. Tak ada kasih, tak ada damai, dan tak ada kesejahteraan. Kasih, Damai dan Sejahtera hanyalah fatamorgana alias mimpi. Secara kasat mata dapat dikatakan rumah ini Penuh dengan KEMUNAFIKAN BERSELUBUNG KEDAMAIAN.
Banyak bibir yang bermanis madu di depan orang lain, padahal hatinya bagaikan pedang bermata dua. Ada bibir berucap kasih, padahal hatinya penuh kebencian. 1001 pekerjaan dituliskan, padahal tak ada 1 pun yang nyata. 1001 rancangan tercipta hanya untuk menyesatkan, dan membinasakan.
Mata sombong, lidah dusta, tangan baja, hati yang penuh dengan rencana-rencana jahat, kaki yang selalu melangkah ke kejahatan, saksi dusta yang menyemburkan kebohongan, yang menimbulkan pertengkaran saudara. Dimanakah NURANI kita sebagai sesama saudara?
TIDAK ADA KEADILAN. TIDAK ADA KASIH. TIDAK ADA DAMAI.

Rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus pasal 5 : 8-9 mengatakan :
Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu. Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah?

Rasul Paulus melanjutkan lagi pada ayat 12 katanya :
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh sesuatu apapun.

Hal yang dimaksudkan oleh Rasul Paulus adalah tentang percabulan sebagaimana yang tertulis pada ayat 15, 18 dan 19 :
Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkan anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!.

Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. Atau tidak tahukah kamu, bahhwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam didalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah – dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?

Segala sesuatu yang terjadi dalam rumah ini bukanlah hal baru sehingga kita harus heran dan terkejut. Yang ada hari ini telah ada sebelumnya. Yang terjadi hari ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Oleh para nabi pada zaman Perjanjian Lama maupun para Rasul Perjanjian Baru juga sudah menubuatkan dan menuliskan semuanya ini.
Terhadap semua tindakan dan perbuatan kekejian yang terjadi dalam rumah ini sebenarnya bukanlah rumor atau isu semata yang berkembang, tapi sudah menjadi nyata, bahkan pelakunya sendiri sudah menyadari perbuatan itu tapi karena dosa itu manisnya bagaikan madu, sulit bagi mereka untuk melepaskannya sehingga kapan dan dimana saja tetap saja dosa itu diperbuat, seperti yang dikatakan oleh Injil Matius 13 : 14 – 15 :
Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.

Orang yang sering mengajarkan ajaran yang tidak sehat yaitu ajaran sesat yang tidak sesuai dengan ajaran Yesus Kristus adalah orang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Kesukaannya adalah mencari soal, dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga dan percekcokkan. Mereka hanya menginginkan kekayaan, padahal mereka sendiri seharusnya tahu bahwa mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa yang mencelakakan dan menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Sebab akar segala kejahatan adalah cinta uang. 
Dalam Injil Markus pasal 10 menceritakan tentang para Murid Yesus menginginkan kedudukan dalam kerajaan Allah, hal ini dapat dibaca dalam pasal 10 : 37 mengatakan :
Lalu kata mereka “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu, dan yang seorang di sebelah kiri-Mu”.
Sepertinya ini sebuah lagu lama untuk kita semua. Tiap orang mau menjadi nomor satu, lalu ribut dan memperebutkan kedudukan nomor satu itu. Tiap orang mau mendahulukan kepentingannya sendiri dan menjegal kepentingan orang lain. Tiap orang mau sok penting, tiap orang mau sok benar, tiap orang mau sok hebat, sok pintar, hanya untuk mendapatkan : KUASA. Apakah kekuasaan itu?
Kekuasaan adalah kesanggupan untuk memberlakukan sesuatu atas diri orang lain. Apa kekuasaan itu baik atau jahat? Sebenarnya kekuasaan adalah pengertian netral, ia tidak baik namun juga tidak jahat. Kekuasaan adalah ibarat sebilah pisau. Sebilah pisau dapat digunakan untuk memotong sayuran sehingga mendatangkan faedah, namun pisau yang sama itu pula dapat dipakai untuk menodong dan menikam sehingga menimbulkan bencana.
Kekuasaan memang licin sehingga mudah menimbulkan kericuhan. Ada anggapan bahwa kekuasaan harus dipegang seorang diri. Ia mendapat kepuasan ketika melihat orang lain tunduk pada kekuasaannya. Orang lain harus manaati keinginannya. Ia bermain sebagai diktator. Seorang pendeta atau seorang penatua dapat menjadi diktator. Demikian pula seorang suami atau seorang istri.
Kekuasaan didapatkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan diri sendiri. Kekuasaan dimanfaatkan untuk memperkuat kedudukan dan atau menambah kekayaan. Bahkan yang terjadi adalah orang melakukan hal itu sambil menjegal dan menyingkirkan orang lain. Tetesan air mata ada dimana-mana.
Kekuasaan digunakan bukan untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk kepentingan orang lain. Kekuasaan digunakan bukan untuk merugikan melainkan untuk menolong orang lain.
Sebagaimana telah diuraikan di atas, pada suatu hari, dua murid Yesus yaitu kakak beradik Yakobus, meminta agar kelak mereka boleh duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus. Kedua murid itu agaknya masih tersangkut kerabat dengan Yesus sebab ibu mereka yaitu Salome bersaudara dengan Bunda Maria. Lantas mereka ingin memanfaatkan hubungan dekat ini sebagai suatu kesempatan. Tetapi Yesus menjawab, “……. hal duduk di sebelah kanan-Ku atau disebelah kiriKu, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan” (Markus 10 : 40).

Apakah mata TUHAN telah buta?
TIDAK! Mata TUHAN tidak pernah terkatup. Rasul Petrus mengatakan :
“Sebab mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar dan telinga-Nya kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat  jahat”. (1 Petrus 3 : 12)

Jika mata TUHAN tidak buta ; IA melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi dalam rumah ini baik yang tersembunyi dan tidak tersembunyi, apakah TUHAN masih berkenan membiarkan segala perbuatan ini terus berlanjut??
Oleh nabi Yesaya (Yesaya 65 : 1-16) telah menubuatkan sebagai berikut :
Sesungguhnya, telah ada tertulis di hadapan-ku : Aku tidak akan tinggal diam, malah Aku akan mengadakan pembalasan, ya, pembalasan terhadap diri mereka, atas segala kesalahan mereka sendiri, maupun atas kesalahan nenek moyangnya, semuanya serentak, firman TUHAN.

Selanjutnya hal tersebut ditegaskan lagi oleh nabi Yesaya :
Tetapi kamu yang telah meninggalkan TUHAN, yang telah melupakan gunung-Ku yang Kudus, yang menyajikan hidangan bagi dewa Gad, dan yang menyuguhkan anggur bercampur rempah bagi dewa Meni: Aku akan menentukan kamu bagi pedang, dan kamu sekalian akan menekuk lutut untuk dibantai! Oleh karena ketika Aku memanggil, kamu tidak menjawab, ketika Aku berbicara, kamu tidak mendengar, tetapi kamu melakukan apa yang jahat di mata-Ku dan lebih menyukai apa yang tidak berkenan kepada-Ku.


Apakah semuanya ini disebut sebagai cobaan atau ujian?
TUHAN tidak pernah mencobai manusia. Tuhan juga tidak bisa dicobai oleh manusia. Tetapi yang terjadi sebenarnya adalah manusia sendiri yang menghendaki cobaan itu datang menghampirinya dengan perbuatan najisnya sendiri. Segala sesuatu yang terjadi dalam rumah ini adalah perbuatan kotor / najis yang sudah matang dan karena sudah matang ia berbuah dosa, dan jika dosa itu telah matang pula maka ia akan membuahkan kebinasaan. Dengan demikian perbuatan dosa tidak dapat dikatakan sebagai ujian, tetapi ia adalah cobaan yang mendatangkan maut. Barangsiapa yang berbuat dosa dan oleh dosa itu ia tersandung maka hal itu disebut sebagai cobaan. Tetapi barangsiapa yang menderita karena perbuatan jahat / lalim dari orang lain, maka hal itu disebut sebagai ujian. Berbahagialah barangsiapa yang tahan uji, karena demikian imannya makin berakar dalam Kasih kepada Yesus Kristus.

Bagaimana tindakan kita selanjutnya?
Barangsiapa dipanggil Tuhan kedalam pekerjaan-Nya
akan melihat tanda heran yang sudah diadakan-Nya
dan meski jalan turun naik Haleluyah, haleluya!
(KJ. No.9)

Kita akan melihat tanda heran dalam menjalani hidup ini. Jalan ini nantinya turun naik, namun akhirnya akan baik. Apakah tanda heran itu? Dalam hal apa jalan hidup ini akan turun? Dalam hal apa ia naik?
Ketidakpastian memang merisaukan. Namun coba kita perhatikan ucapan Yesus dalam Kitab Injil “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”. (Mat. 6 : 34).
“kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”, yang dimaksudkan disini adalah agar jangan kita mencoba mengatasi kesusahan masa depan, melainkan agar kita mengatasi kesusahan masa kini. Kalau persoalan hari ini sudah sulit kita tangani, bagaimana kita mau menangani persoalan hari esok.
Namun ucapan Yesus tentang jangan kuatir bukanlah obat penenang yang menyebabkan kita bersikap santai terhadap persoalan, melainkan justru agar kita menangani persoalan, yaitu persoalan hari ini, bukan persoalan hari esok. Sebab persoalan hari ini ada dalam jangkauan tangan kita sedangkan persoalan hari depan terletak di luar jangkauan kita.
Kalau dipikir, ketidakpastian tentang hari depan ada faedahnya, asalkan perasaan tidak pasti itu disalurkan dalam bentuk perbuatan yang konstruktif. Hari depan memang merisaukan, namun juga mengasyikan. Kita tidak mengetahui apa hari depan atau ujung jalan kita, tetapi sejak sekarang kita sudah dapat “mewarnainya”. Nah, daripada kuatir dengan hari depan atau apa yang akan terjadi pada esok hari, lebih baik sekarang kita berbuat sesuatu. Yesus berkata, “Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya…….” (Matius 6 :33). Artinya : tempatkan diri (pikiran dan orientasi) kita di bawah pemerintahan atau kehendak Allah, yaitu taatilah Allah.
Yesus Kristus mengajak kita sebagaimana yang dituliskan dalam penginjil Matius 11 : 28 : “Marilah datang kepada-Ku, semua yang letih lesuh dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”. Maksudnya adalah bagaimana kita menyikapi ajakan tersebut dengan keterbukaan diri kita dan pembawaan diri kita kepada TUHAN dalam ucapan syukur dan doa dengan hati yang tulus, yang selanjutnya oleh penginjil tersebut dalam Matius 6 : 6 mengatakan :
Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Matius 7 : 8

Mungkin perjalanan ini akan susah dan berat. Perjalanan ini banyak rintangan dan penderitaannya. Tetapi kita tidak akan ditinggalkan oleh DIA sehingga kita tidak akan berjalan seorang diri. Kita diajak berjalan terus, berjalan di belakang DIA dan mengikuti DIA. Karena DIA yang sedang berjalan di depan kita mengajak kita sambil mengulurkan tangan-Nya, “Mari, Ikutlah Aku”.

======================== Selamat Mengikuti Dia ! ========================

Oleh :

Maher ShBT



Tersembunyi ujung jalan, hampir atau masih jauh;
‘ku dibimbing tangan Tuhan ke neg’ri yang tak ku tahu
Bapa, ajar aku ikut, apa juga maksud-Mu
tak bersangsi atau takut, beriman tetap teguh
                                                                                                          (KJ. No. 416)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar