Rumah tangga ini dibentuk oleh TUHAN
sendiri. Rumah tangga ini ADA dan TIADA karena TUHAN. Hanya atas kehendak TUHAN
rumah ini ada dan atau tidak ada. Sehingga rumah tangga ini dapat disebut
sebagai RUMAH TUHAN.
Lantas, apakah semua yang terjadi dalam rumah tangga ini adalah kehendak
TUHAN??
Rumah
tangga ini dipenuhi kegelapan. Rumah tangga ini penuh dengan kebencian, penuh
dengan keserakahan, penuh dengan hawa nafsu percabulan, penuh dengan berhala,
penuh dengan kecurangan. Tak ada kasih, tak ada damai, dan tak ada
kesejahteraan. Kasih, Damai dan Sejahtera hanyalah fatamorgana alias mimpi.
Secara kasat mata dapat dikatakan rumah ini Penuh dengan KEMUNAFIKAN
BERSELUBUNG KEDAMAIAN.
Banyak
bibir yang bermanis madu di depan orang lain, padahal hatinya bagaikan pedang
bermata dua. Ada bibir berucap kasih, padahal hatinya penuh kebencian. 1001
pekerjaan dituliskan, padahal tak ada 1 pun yang nyata. 1001 rancangan tercipta
hanya untuk menyesatkan, dan membinasakan.
Mata
sombong, lidah dusta, tangan baja, hati yang penuh dengan rencana-rencana
jahat, kaki yang selalu melangkah ke kejahatan, saksi dusta yang menyemburkan
kebohongan, yang menimbulkan pertengkaran saudara. Dimanakah NURANI kita
sebagai sesama saudara?
TIDAK ADA KEADILAN. TIDAK ADA KASIH. TIDAK ADA DAMAI.
Rasul
Paulus dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus pasal 5 : 8-9
mengatakan :
Tetapi kamu sendiri melakukan ketidakadilan dan kamu sendiri
mendatangkan kerugian, dan hal itu kamu buat terhadap saudara-saudaramu. Atau
tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat
bagian dalam kerajaan Allah?
Rasul
Paulus melanjutkan lagi pada ayat 12 katanya :
Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala
sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh
sesuatu apapun.
Hal yang
dimaksudkan oleh Rasul Paulus adalah tentang percabulan sebagaimana yang
tertulis pada ayat 15, 18 dan 19 :
Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan
kuambilkan anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali
tidak!.
Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan
manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan
berdosa terhadap dirinya sendiri. Atau tidak tahukah kamu, bahhwa tubuhmu
adalah bait Roh Kudus yang diam didalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari
Allah – dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?
Segala
sesuatu yang terjadi dalam rumah ini bukanlah hal baru sehingga kita harus
heran dan terkejut. Yang ada hari ini telah ada sebelumnya. Yang terjadi hari
ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Oleh para nabi pada zaman Perjanjian Lama
maupun para Rasul Perjanjian Baru juga sudah menubuatkan dan menuliskan
semuanya ini.
Terhadap
semua tindakan dan perbuatan kekejian yang terjadi dalam rumah ini sebenarnya
bukanlah rumor atau isu semata yang berkembang, tapi sudah menjadi nyata,
bahkan pelakunya sendiri sudah menyadari perbuatan itu tapi karena dosa itu
manisnya bagaikan madu, sulit bagi mereka untuk melepaskannya sehingga kapan
dan dimana saja tetap saja dosa itu diperbuat, seperti yang dikatakan oleh
Injil Matius 13 : 14 – 15 :
Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan
melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah
menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya
jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan
mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka.
Orang
yang sering mengajarkan ajaran yang tidak sehat yaitu ajaran sesat yang tidak
sesuai dengan ajaran Yesus Kristus adalah orang yang berlagak tahu padahal
tidak tahu apa-apa. Kesukaannya adalah mencari soal, dan bersilat kata, yang
menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga dan percekcokkan. Mereka hanya
menginginkan kekayaan, padahal mereka sendiri seharusnya tahu bahwa mereka yang
ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam
berbagai-bagai nafsu yang hampa yang mencelakakan dan menenggelamkan manusia ke
dalam keruntuhan dan kebinasaan. Sebab akar segala kejahatan adalah cinta
uang.
Dalam
Injil Markus pasal 10 menceritakan tentang para Murid Yesus menginginkan
kedudukan dalam kerajaan Allah, hal ini dapat dibaca dalam pasal 10 : 37
mengatakan :
Lalu kata
mereka “Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi
di sebelah kanan-Mu, dan yang seorang di sebelah kiri-Mu”.
Sepertinya
ini sebuah lagu lama untuk kita semua. Tiap orang mau menjadi nomor satu, lalu
ribut dan memperebutkan kedudukan nomor satu itu. Tiap orang mau mendahulukan
kepentingannya sendiri dan menjegal kepentingan orang lain. Tiap orang mau sok
penting, tiap orang mau sok benar, tiap orang mau sok hebat, sok pintar, hanya
untuk mendapatkan : KUASA. Apakah
kekuasaan itu?
Kekuasaan
adalah kesanggupan untuk memberlakukan sesuatu atas diri orang lain. Apa
kekuasaan itu baik atau jahat? Sebenarnya kekuasaan adalah pengertian netral,
ia tidak baik namun juga tidak jahat. Kekuasaan adalah ibarat sebilah pisau.
Sebilah pisau dapat digunakan untuk memotong sayuran sehingga mendatangkan
faedah, namun pisau yang sama itu pula dapat dipakai untuk menodong dan menikam
sehingga menimbulkan bencana.
Kekuasaan
memang licin sehingga mudah menimbulkan kericuhan. Ada anggapan bahwa kekuasaan
harus dipegang seorang diri. Ia mendapat kepuasan ketika melihat orang lain tunduk
pada kekuasaannya. Orang lain harus manaati keinginannya. Ia bermain sebagai
diktator. Seorang pendeta atau seorang penatua dapat menjadi diktator. Demikian
pula seorang suami atau seorang istri.
Kekuasaan
didapatkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan diri sendiri. Kekuasaan
dimanfaatkan untuk memperkuat kedudukan dan atau menambah kekayaan. Bahkan yang
terjadi adalah orang melakukan hal itu sambil menjegal dan menyingkirkan orang
lain. Tetesan air mata ada dimana-mana.
Kekuasaan
digunakan bukan untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk kepentingan
orang lain. Kekuasaan digunakan bukan untuk merugikan melainkan untuk menolong
orang lain.
Sebagaimana
telah diuraikan di atas, pada suatu hari, dua murid Yesus yaitu kakak beradik
Yakobus, meminta agar kelak mereka boleh duduk di sebelah kanan dan kiri Yesus.
Kedua murid itu agaknya masih tersangkut kerabat dengan Yesus sebab ibu mereka
yaitu Salome bersaudara dengan Bunda Maria. Lantas mereka ingin memanfaatkan
hubungan dekat ini sebagai suatu kesempatan. Tetapi Yesus menjawab, “……. hal
duduk di sebelah kanan-Ku atau disebelah kiriKu, Aku tidak berhak
memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah
disediakan” (Markus 10 : 40).
Apakah mata TUHAN telah buta?
TIDAK! Mata
TUHAN tidak pernah terkatup. Rasul Petrus mengatakan :
“Sebab mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar dan telinga-Nya
kepada permohonan mereka yang minta tolong, tetapi wajah Tuhan menentang
orang-orang yang berbuat jahat”. (1
Petrus 3 : 12)
Jika mata
TUHAN tidak buta ; IA melihat dan mengetahui segala sesuatu yang terjadi dalam
rumah ini baik yang tersembunyi dan tidak tersembunyi, apakah TUHAN masih berkenan membiarkan segala perbuatan ini terus
berlanjut??
Oleh nabi
Yesaya (Yesaya 65 : 1-16) telah menubuatkan sebagai berikut :
Sesungguhnya, telah ada tertulis di hadapan-ku : Aku tidak akan tinggal
diam, malah Aku akan mengadakan pembalasan, ya, pembalasan terhadap diri
mereka, atas segala kesalahan mereka sendiri, maupun atas kesalahan nenek moyangnya,
semuanya serentak, firman TUHAN.
Selanjutnya
hal tersebut ditegaskan lagi oleh nabi Yesaya :
Tetapi kamu yang telah meninggalkan TUHAN, yang telah melupakan
gunung-Ku yang Kudus, yang menyajikan hidangan bagi dewa Gad, dan yang
menyuguhkan anggur bercampur rempah bagi dewa Meni: Aku akan menentukan kamu
bagi pedang, dan kamu sekalian akan menekuk lutut untuk dibantai! Oleh karena
ketika Aku memanggil, kamu tidak menjawab, ketika Aku berbicara, kamu tidak
mendengar, tetapi kamu melakukan apa yang jahat di mata-Ku dan lebih menyukai
apa yang tidak berkenan kepada-Ku.
Apakah semuanya ini disebut sebagai cobaan atau ujian?
TUHAN
tidak pernah mencobai manusia. Tuhan juga tidak bisa dicobai oleh manusia.
Tetapi yang terjadi sebenarnya adalah manusia sendiri yang menghendaki cobaan
itu datang menghampirinya dengan perbuatan najisnya sendiri. Segala sesuatu
yang terjadi dalam rumah ini adalah perbuatan kotor / najis yang sudah matang
dan karena sudah matang ia berbuah dosa, dan jika dosa itu telah matang pula
maka ia akan membuahkan kebinasaan. Dengan demikian perbuatan dosa tidak dapat
dikatakan sebagai ujian, tetapi ia adalah cobaan yang mendatangkan maut.
Barangsiapa yang berbuat dosa dan oleh dosa itu ia tersandung maka hal itu
disebut sebagai cobaan. Tetapi barangsiapa yang menderita karena perbuatan
jahat / lalim dari orang lain, maka hal itu disebut sebagai ujian. Berbahagialah
barangsiapa yang tahan uji, karena demikian imannya makin berakar dalam Kasih
kepada Yesus Kristus.
Bagaimana tindakan kita selanjutnya?
Barangsiapa dipanggil Tuhan kedalam pekerjaan-Nya
akan melihat tanda heran yang sudah diadakan-Nya
dan meski jalan turun naik Haleluyah, haleluya!
(KJ.
No.9)
Kita akan
melihat tanda heran dalam menjalani hidup ini. Jalan ini nantinya turun naik,
namun akhirnya akan baik. Apakah tanda heran itu? Dalam hal apa jalan hidup ini
akan turun? Dalam hal apa ia naik?
Ketidakpastian
memang merisaukan. Namun coba kita perhatikan ucapan Yesus dalam Kitab Injil
“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai
kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari”. (Mat. 6 : 34).
“kesusahan
sehari cukuplah untuk sehari”, yang dimaksudkan disini adalah agar jangan kita
mencoba mengatasi kesusahan masa depan, melainkan agar kita mengatasi kesusahan
masa kini. Kalau persoalan hari ini sudah sulit kita tangani, bagaimana kita
mau menangani persoalan hari esok.
Namun
ucapan Yesus tentang jangan kuatir bukanlah obat penenang yang menyebabkan kita
bersikap santai terhadap persoalan, melainkan justru agar kita menangani
persoalan, yaitu persoalan hari ini, bukan persoalan hari esok. Sebab persoalan
hari ini ada dalam jangkauan tangan kita sedangkan persoalan hari depan
terletak di luar jangkauan kita.
Kalau
dipikir, ketidakpastian tentang hari depan ada faedahnya, asalkan perasaan
tidak pasti itu disalurkan dalam bentuk perbuatan yang konstruktif. Hari depan
memang merisaukan, namun juga mengasyikan. Kita tidak mengetahui apa hari depan
atau ujung jalan kita, tetapi sejak sekarang kita sudah dapat “mewarnainya”.
Nah, daripada kuatir dengan hari depan atau apa yang akan terjadi pada esok hari,
lebih baik sekarang kita berbuat sesuatu. Yesus berkata, “Tetapi carilah dahulu
kerajaan Allah dan kebenarannya…….” (Matius 6 :33). Artinya : tempatkan diri
(pikiran dan orientasi) kita di bawah pemerintahan atau kehendak Allah, yaitu
taatilah Allah.
Yesus
Kristus mengajak kita sebagaimana yang dituliskan dalam penginjil Matius 11 :
28 : “Marilah datang kepada-Ku, semua
yang letih lesuh dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”.
Maksudnya adalah bagaimana kita menyikapi ajakan tersebut dengan keterbukaan
diri kita dan pembawaan diri kita kepada TUHAN dalam ucapan syukur dan doa
dengan hati yang tulus, yang selanjutnya oleh penginjil tersebut dalam Matius 6
: 6 mengatakan :
Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan
berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang
melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang
mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.
Matius 7 : 8
Mungkin
perjalanan ini akan susah dan berat. Perjalanan ini banyak rintangan dan
penderitaannya. Tetapi kita tidak akan ditinggalkan oleh DIA sehingga kita
tidak akan berjalan seorang diri. Kita diajak berjalan terus, berjalan di
belakang DIA dan mengikuti DIA. Karena DIA yang sedang berjalan di depan kita
mengajak kita sambil mengulurkan tangan-Nya, “Mari, Ikutlah Aku”.
======================== Selamat Mengikuti Dia ! ========================
Oleh :
Maher ShBT
Tersembunyi ujung jalan, hampir atau masih jauh;
‘ku dibimbing tangan Tuhan ke neg’ri yang tak ku tahu
Bapa, ajar aku ikut, apa juga maksud-Mu
tak bersangsi atau takut, beriman tetap teguh
(KJ. No. 416)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar